Showing posts with label Sosiologi. Show all posts
Showing posts with label Sosiologi. Show all posts

Pengertian dan Macam-macam Kelompok

6:31 PM Add Comment
Pengertian dan Macam-macam Kelompok
Kali ini kita akan membahas tentang Pengertian dan Macam-macam Kelompok, salah satu materi sosiologi untuk SMA atau IPS untuk tingkat SMK. 

1. Pengertian kelompok

Kelompok merupakan konsep yang sangat umum dipakai dalam sosiologi dan antropologi. Sebenarnya kelompok merupakan kumpulan manusia yang memiliki syarat-syarat tertentu, dengan kata lain tidak semua pengumpulan manusia dapat disebut sebagai kelompok.

Robert Biersted menyebut adanya tiga kriteria kelompok, yaitu: (1) ada atau tidaknya organisasi, (2) ada atau tidaknya hubungan sosial di antara warga kelompok, dan (3) ada atau tidaknya kesadaran jenis di antara orang-orang yang ada dalam kelompok dimaksud.

Berdasarkan analisis menggunakan tiga kriteria tersebut dalam masyarakat dikenal beberapa jenis atau macam kelompok, yaitu: (1) asosiasi, (2) kelompok sosial, (3) kelompok kemasyarakatan, dan (4) kelompok statistik.

Keterangan:

a. Asosiasi

Asosiasi merupakan kelompok yang memenuhi tiga kriteria Biersted tersebut. Suatu asosiasi atau organisasi formal terdiri atas orang-orang yang memiliki kesadaran akan kesamaan jenis, ada hubungan sosial di antara warga kelompok dan organisasi.

b. Kelompok sosial (Social Groups)

Kelompok yang para anggotanya memiliki kesadaran akan kesamaan jenis serta hubungan sosial di antara warganya, tetapi tidak mengenal organisasi, oleh Biersted disebut sebagai kelompok sosial.

c. kelompok kemasyarakatan (Societal Groups)

Kelompok kemasyarakatan merupakan kelompok yang berisi orang-orang yang memiliki kesadaran jenis saja, tidak ada hubungan sosial di antara orang-orang tersebut maupun organisasi, disebut sebagai kelompok kemasyarakatan (societal groups).

Misalnya kelompok laki-laki, kelompok perempuan. Orang sadar sebagai “sesama laki-laki” atau “sesama perempuan”, namun tidak ada organisasi ataupun komunikasi di antara mereka.

d. Kelompok statistik

Bentuk terakhir dari kelompok adalah kategori atau kelompok statistik, yaitu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kesamaan jenis (misalnya jenis kelamin, umur, pekerjaan, dan sebagainya), tetapi tidak memiliki satu pun dari tiga kriteria kelompok menurut Biersted.

Sebenarnya kelompok statistik bukanlah “kelompok”, sebab tidak memiliki tiga ciri tersebut. Kelompok statistik hanyalah orang-orang yang memiliki kategori statistik sama, misalnya kelompok umur (0-5 tahun, 6-10 tahun, dst.) yang dipakai dalam data penduduk Biro Pusat Statistik. Dalam kelompok ini sama sekali tidak ada organisasi, tidak ada hubungan antar-anggota, dan tidak ada kesadararan jenis.

Perbandingan antara kelompok dan perkumpulan sosial (asosiasi)

Perbedaan antara kelompok dengan asosiasi (perkumpulan) secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.

Kelompok Sosial


Perkumpulan (asosiasi)
Kelompok Sosial
Perkumpulan (asosiasi)

Kelompok primer Perkumpulan sekunder
Gemainschaft Gesellschaft
Hubungan familistik Hubungan kontraktual
Dasar organisasi adat Dasar organisasi buatan
Pimpinan berdasarkan kewibawaan/charisma Pimpinan berdasarkan wewenang dan hukum
Hubungan berasas perorangan Hubungan berasas guna/kepentingan dan anonim


Dengan rumusan lain, Robert M.Z. Lawang mengemukakan bahwa organisasi formal (asosiasi) merupakan kelompok dengan ciri-ciri sebagai berikut.

a. bersifat persistent (tetap/terus menerus),

b. memiliki identitas kolektif yang tegas,

c. memiliki daftar anggota yang rinci,

d. memiliki program kegiatan yang terus menerus, dan

e. memiliki prosedur keanggotaan.

2. Berbagai macam kelompok/asosiasi dalam masyarakat

a. In group-Out group

Ingroup (kelompok dalam) merupakan kelompok sosial di mana di antara anggota-anggotanya saling simpati dan mempunyai perasaan dekat satu dengan lainnya. Misalnya: kliq. Outgroup (kelompok luar) ialah kelompok yang berada di luar suatu kelompok yang ditandai oleh adanya antagonisme, prasangka atau antipati. Misalnya orang-orang kulit hitam di lingkungan orang-orang kulit putih. Klasifikasi kelompok demikian dikemukakan oleh W.G. Sumner (1940).

b. Kelompok Primer dan sekunder

Klasifikasi ini dikemukakan oleh C.H. Colley (1909). Kelompok primer dan sekunder dibedakan berdasarkan ada tidaknya ciri saling mengenal atau kerjasama yang erat dan bersifat personal di antara anggota-anggotanya. Kelompok dengan ciri demikian disebut kelompok primer, dan yang tidak disebut kelompok sekunder.

c. Gemainschaft dan Gesselschaft

Klasifikasi ini dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies (1967). Gemainschaft (paguyuban) adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Hubungan antar-anggota kelompok paguyuban memiliki ciri : (1) intim, (2) privat, dan (3) eksklusif. Misalnya keluarga.

Menurut Tonnies, ada tiga tipe gemainschaft, yaitu: (1) gemainschaft by blood, contohnya keluarga atau kelompok kekerabatan (klen), (2) gemainschaft of place, misalnya orang-orang se-RT/RW, (3) gemainschaft of mind, yaitu paguyuban yang terdiri atas orang-orang yang memiliki jiwa atau ideology yang sama, sehingga meskipun bertempat kediaman yang saling berjauhan dan tidak memiliki kesamaan keturunan/keluarga tetapi tetap memiliki hubungan yang erat, intim, kekal dan dalam. Misalnya: kelompok keagamaan (umat), sekte, kelompok kebatinan, dan sebagainya.

Sedangkan Gesselschaft (patembayan) adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang didasarkan pada ikatan lahir dan bersifat kontraktual. Contohnya: Sebuah Perusaahaan atau organisasi buruh.

d. Kelompok Formal dan Informal

Klasifikasi ini dikemukakan oleh van Doorn dan Lammers (1964). Kelompok formal merupakan kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan. Di dalam kelompok formal terdapat pembatasan yang tegas mengenai hak-hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab anggota-anggota kelompok sesuai dengan statusnya masing-masing, baik fungsional maupun struktural.

Kelompok informal merupakan kelompok yang dibangun berdasarkan hubungan-hubungan yang bersifat personal dan tidak ditentukan oleh aturan-atuan yang resmi.

e. Kelompok organik dan mekanik

Klasifikasi ini dikemukakan oleh Emmile Durkheim didasarkan pada ada tidaknya pembagian kerja dalam kelompok. Di dalam kelompok organik terdapat pembagian kerja yang rinci dan tegas di antara anggota-anggotanya, sedangkan pada kelompok mekanik tidak terdapat pembagian kerja. Ada tidaknya pembagian kerja ini menimbulkan pula sifat solidaritas antar-anggota yang berbeda. Pada kelompok organik terdapat solidaritas organik, dan dalam kelompok mekanik terdapat solidaritas mekanik.

f. Membership dan reference group

Klasifikasi ini dikemukakan oleh Robert K. Merton. Membership Group merupakan kelompok dengan anggota-anggota yang tercatat secara fisik sebagai anggota. Sedangkan reference group merupakan kelompok acuan, maksudnya orang menjadikan kelompok yang bersangkutan sebagai acuan bertindak dan berperilaku, walaupun secara fisik ia tidak tercatat sebagai anggota.

g. Kelompok-kelompok semu dan tidak teratur

1) kerumunan

Kerumunan ialah sekumpulan orang yang tidak terorganisir dan bersifat sementara. Suatu kerumumnan dapat memiliki pemimpin, tetapi tidak memiliki struktur dan pembagian kerja. Identitas seseorang akan tenggelam apabila berada dalam sebuah kerumunan.

Tipe-tipe kerumunan

a) Khalayak penonton (pendengar formal/formal audience)

Kerumunan demikian mempunyai perhatian dan tujuan yang sama, misalnya penonton bioskop, pengunjung khotbah agama, dsb.

b) Kelompok ekspresif yang direncanakan (planned expressive group)

Kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang mempunyai tujuan sama tetapi pusat perhatiannya berbeda-beda, misalnya kerumunan orang-orang yang berpesta

c) Kumpulan orang yang kurang menyenangkan (inconvinent aggregations)

Dalam kerumunan semacam ini kehadiran orang lain merupakan halangan bagi seseorang dalam mencapai tujuan. Misalnya: antre tiket, kerumunan penumpang bus, dst.

d) Kumpulan orang-orang yang panik (panic crowd)

Ialah kerumunan yang terdiri atas orang-orang yang menghindari bencana/ancaman. Misalnya pengungsi

e) Kerumunan penonton (spectator crowd)

Yaitu kerumunan orang-orang yang ingin melihat sesuatu atau peristiwa tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan formal audience, tetapi tidak terencana

f) Lawless crowd

Yaitu kerumunan orang-orang yang berlawanan dengan hukum, misalnya: acting mobs, yakni kerumunan orang-orang yang bermaksud mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik. Contoh lain: immoral crowd, seperti formal audience, tetapi bersifat menyimpang.

2) publik (massa)

Seringkali disebut dengan khalayak umum atau khalayak ramai. Publik semacam dengan kelompok hanya tidak menjadi kesatuan, hubungan sosial terjadi secara tidak langsung, melainkan melalui alat-alat komunikasi massa, seperti: media massa cetak, elektronik, termasuk pembicaraan berantai, desas-desus, dan sebagainya.

sumber

Pengertian dan Ciri-ciri Masyarakat Multikultural

6:19 PM Add Comment
Pengertian dan Ciri-ciri Masyarakat Multikultural

Sebenarnya apa sih pengertian Masyarakat Multikultural ? Apa pula ciri-ciri yang dimiliki masyarakat multikultural ? Sebagaimana telah banyak diketahui, bahwa masyarakat merupakan kategori yang paling umum untuk menyebut suatu kumpulan manusia yang saling berinteraksi secara kontinyu dalam suatu wilayah atau tempat dengan batas-batas geografik, sosial, atau kultural yang tertentu. Terdapat istilah-istilah yang lebih khusus yang digunakan untuk menyebut pengumpulan manusia dengan karakteristik tertentu. Misalnya yang menekankan bahwa interaksi yang kontinyu itu berlangsung dalam batas-batas wilayah geografik tertentu, sehingga orang-orang dalam batas wilayah itu saling berinteraksi secara lebih intensif daripada dengan orang-orang yang berada di luar batas itu. Pengelompokan yang demikian ini disebut komunitas, atau masyarakat setempat. Misalnya masyarakat desa atau masyarakat kota. Juga dapat dalam lingkup ruang geografik yang lebih kecil, misalnya Rukun Tetangga, Rukun Kampung, dusun, dan sebagainya.

Untuk wilayah sosial, dapat berupa kelas atau kelompok sosial tertentu. Misalnya untuk yang berjenjang dapat berupa kelas atas, kelas menengah, atau kelas bawah, sedangkan yang tidak berjenjang dapat juga kelompok kiri, kanan, atau tengah, berbagai kelompok profesi, atau sebagaimana diungkapkan Geertz, ada kelompok santri, priyayi, atau abangan. Untuk kategori wilayah kebudayaan, dapat berupaka sukubangsa atau kelompok-kelompok agama.

Demikianlah, sehingga –sekali lagi– masyarakat merupakan penyebutan yang paling umum dan general untuk sebuah pengumpulan manusia pada suatu wilayah.
Apa yang dimaksud dengan masyarakat multikultural? Masyarakat jenis ini kadang disebut sebagai masyarakat majemuk atau plural society.

Istilah plural society, pertama kali digunakan oleh JS Furnival untuk menyebut masyarakat masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih tertib sosial, komunitas atau kelompok-kelompok yang secara kultural, ekonomi dan politik terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, atau dengan kata lain merupakan suatu masyarakat di mana sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial yang menjadi bagiannya adalah sedemikian rupa sehingga para anggotanya kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan.

Istilah plural atau majemuk sebenarnya berbeda dengan pengertian heterogen. Majemuk atau plural itu merupakan lawan dari kata singular atau tunggal. Sehingga, masyarakat plural itu bukan masyarakat yang tunggal. Masyarakat tunggal merupakan masyarakat yang mendukung satu sistem kebudayaan yang sama, sedangkan pada masyarakat plural, di dalamnya terdapat lebih dari satu kelompok baik etnik maupun sosial yang menganut sistem kebudayaan (subkultur) berbeda satu dengan yang lain. Sebuah masyarakat kota, mungkin tepat disebut sebagai masyarakat heterogen, sepanjang meskipun mereka berasal dari latar belakang SARA (sukubangsa, agama, ras, atau pun aliran/golongan-golongan) yang berbeda, tetapi mereka tidak mengelompok berdasarkan SARA tersebut. Heterogen lawan dari kondisi yang disebut homogen. Disebut homogen kalau anggota masyarakat berasal dari SARA yang secara relatif sama. Disebut heterogen kalau berasal dari SARA yang saling berbeda, namun –sekali lagi– mereka tidak mengelompok (tersegmentasi) berdasarkan SARA tersebut.

Selanjutnya, suatu masyarakat disebut multikultural, majemuk, atau plural apabila para anggota-anggotanya berasal dari SARA yang saling berbeda, dan SARA tersebut menjadi dasar pengelompokan para anggota masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdiri atas dua atau lebih kelompok etnis maupun sosial yang didasarkan pada SARA yang pada umumnya bersifat primordial, dan masing-masing mengembangkan subkultur tertentu. Interaksi antar-kelompok lebih rendah daripada interaksi internal kelompok. Bahkan, di dalam banyak masyarakat majemuk, struktur sosial yang ada sering bersifat konsolidatif, sehingga proses menuju integrasi sosialnya terhambat.
Agar lebih jelas, berikut dikemukakan ciri masyarakat multikultural menurut van Den Berghe.

1. Mengalami segmentasi ke dalam kelompok-kelompok dengan subkultur saling berbeda
2. Memiliki struktur yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang nonkomplemen
3. Kurang dapat mengembangkan konsensus mengenai nilai dasar
4. Relatif sering mengalami konflik
5. Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan, dan/atau
6. Ketergantungan ekonomi, dan/atau
7. Dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain

Konfigirasi masyarakat multikultural.
Furnival mengemukakan bahwa apabila dilihat dari konfigurasi etnis atau kelompok yang menjadi unsurnya, paling tidak terdapat empat macam masyarakat majemuk, yaitu: (1) masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang, (2) masyarakat majemuk dengan maioritas dominan, (3) masyarakat majemuk dengan minirotas dominan, dan (4) masyarakat majemuk dengan konfigurasi fragmental.
1. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi kompetisi seimbang
Di antara kelompok-kelompok yang ada, masing-masing mempunyai kekuatan kompetisi yang seimbang, tidak ada satupun kelompok yang dapat menguasai yang lain. Integrasi sosial sebagai sebuah masyarakat besar tidak mudah terjadi, kecuali kalau ada di antara kelompok-kelompok tersebut yang berhasil membangun koalisi lintas kelompok, misalnya lintas etnik yang membentuknya.
2. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi maioritas dominan
Di antara kelompok-kelompok yang ada terdapat satu kelompok besar dan berkuasa.
3. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi minoritas dominan
Di antara kelompok-kelompok yang ada terdapat satu kelompok yang kecil tetapi berkuasa
4. Masyarakat majemuk dengan konfigurasi fragmental
Terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang satu dengan yang lain saling terpisah dan sangat terbatas interaksi dan komunikasinya. Sama dengan konfigurasi kompetisi seimbang, masyarakat majemuk jenis ini pun integrasi sosial hanya dapat dicapai apabila terjadi koalisi lintas etnis.
Menurut Anda, sebagai sebuah masyarakat majemuk, masyarakat Indonesia memiliki konfigurasi yang mana?
Faktor-faktor peyebab kemajemukan
Meskipun menurut sejarah, masyarakat Indonesia relatif berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi karena keadaan geografiknya, akhirnya masyarakat Indonesia bersifat majemuk. Kondisi geografik yang menjadi penyebab kemajemukan masyarakat, adalah

1. Bentuk wilayah yang berupa kepulauan. Kondisi ini mengakibatkan, meskipun berasal dari nenek moyang yang sama, tetapi akhirnya mereka terpisah-pisah di pulau-pulau yang saling berbeda, sehingga masing-masing terisolasi dan mengembangkan kebudayaan sendiri. Jadilah masyarakat Indonesia mengalami kemajemukan ethnik atau sukubangsa.
2. Letak wilayah yang strategis, di antara dua benua dan dua samudera, kondisi ini mengakibatkan Indonesia banyak didatangi oleh orang-orang asing yang membawa pengaruh unsur kebudayaan, antara lain –yang paling menonjol– adalah agama. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat Indonesia majemuk dalam hal agama. Lima agama besar dunia ada di Indonesia. Lima agama besar yang dimaksud adalah (1) Hindu (pengaaruh India), (2) Budha (pengaruh bangsa-bangsa Asia), (3) Katholik (pengaruh kedatangan bangsa portugis), (4) Kristen (pengaruh kedatangan bangsa Belanda), dan (5) Islam (pengaruh masuknya pedagang-pedagang dari Timur Tengah).
3. Variasi iklim, jenis serta kesuburan tanah yang berbeda di antara beberapa tempat, misalnya daerah Indonesia bagian Timur yang lebih kering, tumbuh menjadi sukubangsa peternak, daerah Jawa dan Sumatra yang dipengaruhi vulkanisme tumbuh menjadi daerah dengan masyarajat yang hidup dari bercocok tanam. Variasi iklim dan jenis serta kesuburan tanah ini mengakibatkan masyarakat Indonesia majemuk dalam hal kultur, antara lain cara hidup.

Bentuk Struktur Sosial Masyarakat Majemuk
1. Struktur sosial yang terinterseksi (intersected social structure)
Kelompok-kelompok sosial yang ada dalam masyarakat dapat menjadi wadah beraktivitas dari orang-orang yang berasal dari berbagai latar belakang sukubangsa, agama, ras, dan aliran.
Dalam bentuk struktur sosial yang demikian keanggotaan para anggota masyarakat dalam kelompok sosial yang ada saling silang-menyilang sehingga terjadi loyalitas yang juga silang-menyilang (cross-cutting affiliation dan cross-cutting loyalities).
Bentuk struktur yang terinterseksi mendorong terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat multicultural.
2. Struktur sosial yang terkonsolidasi (consolidated social structure)
Dalam bentuk struktur yang demikian, kelompok-kelompok sosial yang ada hanya mewadahi orang-orang yang berlatar belakang sukubangsa, agama, ras, atau aliran yang sama.
Sehingga terjadi tumpang tindih parameter dalam pemilahan struktur sosial. Orang Bali akan identik dengan orang Hindu, orang Melayu identik dengan orang Islam. Partai tertentu identik dengan orang Islam, partai yang lain identik dengan orang Kristen, dan seterusnya.
Bentuk struktur sosial yang semacam ini akan menghambat terjadinya integrasi sosial dalam masyarakat multicultural, karena akan terjadi pertajaman prasangka antar-kelompok.
Struktur sosial terpilah dengan parameter yang tumpang tindih, pemilahan berdasarkan sukubangsa tumpang tindih dengan pemilahan berdasrkan agama, ras, aliran, atau kelas-kelas sosial dan ekonomi. Ikatan dalam kelompok dalam akan sangat kuat, tetapi akan menimbulkan prasangka terhadap kelompok luarnya.
Perilaku dalam masyarakat multikultural
Dalam kehidupan masyarakat multikultural, sering tidak dapat dihindari berkembangnya faham-faham atau cara hidup yang didasarkan pada ethnosentrisme, primordialisme, aliran, sektarianisme, dan sebagainya.

* Ethnosentrisme merupakan faham atau sikap menilai kebudayaan sukubangsa/kelompok lain menggunakan ukuran yang berlaku di sukubangsa kelompok/masyarakat sendiri
* Primordialisme merupakan tindakan memperlakukan secara istimewa (memberi prioritas) orang-orang yang latarbelakag sukubangsa, agama, ras, aliran atau golongan yang sama dalam urusan publik.
* Kronisme: memprioritaskan teman. Nepotisme = memprioritaskan anggota keluarga.
* Politik aliran merupakan kehidupan perpolitikan yang didasarkan pada faktor-faktor primordial (SARA)
* Prasangka dan stereotipe ras/etnis adalah penilaian suatu ras/etnis berdasarkan pendapat orang banyak yang belum pernah dibuktikan tetapi dianggap benar

Proses integrasi dalam masyarakat multikultual
Integrasi sosial tidak hanya sebuah ungkapan normatif, melainkan juga telah lama menjadi persoalan akademik.
Secara sosiologis, terdapat dua pendekatan:
1) konsensus yang lebih menekankan pada dimensi budaya (teori struktural fungsional), dan
2) konflik yang lebih menekankan dimensi struktural (teori struktural konflik).
Menurut pendekatan konsensus integrasi dapat dicapai melalui suatu kesepakatan tentang nilai dasar (common platform); sedangkan menurut pendekatan konflik, integrasi hanya dapat dicapai melalui dominasi satu kelompok atas lainnya.
Integrasi sosial dalam masyarakat majemuk dipengaruhi oleh beberapa ha, misalnya: (1) struktur sosialnya, apakah interseksi atau konsolidasi, (2) faham atau ideologi, yang berkembang dalam masyarakat apakah ethnosentrisme, primordialisme, aliran, sektarianisme, dan lain-lain, ataukah faham relativisme kebudayaan, (3) apakah dapat berlangsung koalisi, (4) apakah dapat membangun konsensus tentang nilai dasar, (5) apakah berlangsung proses-proses menuju akulturasi budaya majemuk, dan (6) adakah kelompok dominan.

Struktur sosial yang bersifat intersected, berkembangnya faham relativisme kebudayaan, koalisi lintas-etnis, konsensus tentang nilai dasar, akulturasi budaya majemuk, dan adanya kelompok dominan merupakan faktor-faktor yang mendorong berlangsungnya integrasi sosial dalam masyarakat majemuk.
Multikulturalisme dalam masyarakat multikultural

Multikulruralisme pada dasarnya merupakan cara pandang yang mengakui dan menerima adanya perbedaan-perbedaan cara berfikir, cara berperasaan, dan cara bertindak dalam masyarakat yang bersumber dari adanya latar belakang sukubangsa, agama, ras, atau aliran yang berbeda.

Multikulturalisme lahir karena adanya kesadaran bahwa di masa lalu hubungan di antara warga masyarakat dalam majemuk lebih conderung didasarkan pada primordialisme, ethnosentrisme dan aliran. Sehingga di dalam masyarakat majemuk terdapat potensi konflik di antara kelompok-kelompok atau golongan-golongan sosial yang ada. Hubungan yang demikian menimbulkan masalah dalam proses integrasi sosial dalam masyarakat majemuk. Lahirlah faham multikulturalisme yang lebih didasarkan pada pandangan tentang relativisme kebudayaan. Bahwa pada dasarnya setiap kelompok atau golongan sosial, baik itu sukubangsa, agama, ras, ataupun aliran memiliki ukuran-ukuran dan nilai-nilainya sendiri tentang suatu hal, meskipun tidak tertutup kemungkinan ditemukakannya common platform atau kesamaan di antara kelompok atau golongan-golongan yang saling berbeda itu.

sumber informasi : erwientriyasa.blogspot.com

Pengertian Status Sosial, Macam-Macam Status Sosial & Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat

8:58 PM Add Comment
Arti Definisi / Pengertian Status Sosial :
Status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton). Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.
Jenis-Jenis/Macam-Macam Status Sosial & Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat - Sosiologi
Definisi / pengertian dari status sosial, kelas sosial, stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya. Berikut di bawah ini adalah jenis-jenis atau macam-macam status sosial serta jenis / macam stratifikasi yang ada dalam masyarakat luas :

A. Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.

Jenis-Jenis/Macam-Macam Status Sosial & Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat - Sosiologi
Definisi / pengertian dari status sosial, kelas sosial, stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya. Berikut di bawah ini adalah jenis-jenis atau macam-macam status sosial serta jenis / macam stratifikasi yang ada dalam masyarakat luas :

Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.

2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.

3. Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.

Bentuk Bentuk Interaksi Sosial

8:56 PM Add Comment
Bentuk Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi Primer
Interaksi Primer adalah interaksi (hubungan) yang pertama kali dilakukan individu semasa kecil denganbelajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Interaksi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.


Interaksi Sekunder
Interaksi sekunder adalah suatu proses interaksi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian

8:55 PM 1 Comment
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian

Ada 4 faktor Pembetuk kepribadian:
a. Warisan Biologis(Keturunan)
Sifat-sifat biologis manusia yang bersifat warisan memberikan andil yang cukup besar pada tahap pertama perkembangan kepribadian seseorang,misalnya jenis kelamin,ukuran tubuh,kekuatan jasmani dan kecintaan.
b. Lingkungan Alam(Geografis)
Faktor ligkungan alam turut menentukan corak kepribadian seseorang karena lingkungan tersebut menentukan tingkat kebutuhan pokok dan mempertahankan hidup.
c. Lingkungan Kebudayaan
Untuk dapat hidup dan bergaul dengan baik ,dalam suatu kebudayaan tertentu semua masyarakat mengembangkan tipe kepribadian tertentu yang selaras dengan kebudayaan mereka.

Factor lingkungan cultural (kebudayaan masyarakat ) berupa:
  • Cara hidup yang berbeda antar desa
  • Kebudayaan khusus kedaerahan atau etnis
  • Kebudayaan khusus antar social
  • Kebudayaan khusus karena perbedaan agama
  • Pekerjaan atau keahlian
  • Pengalam kelompok
  • Pengalaman unik


4. Lingkungan Sosial
Nilai, norma dan kepercayaan yang ada dalam auatu kelompok juga menentukan terbentuknya kepribadian. Tanpa adanya pengalaman dari kelompok ini kepribadian tidak akan berkembang.

Proses Pembentukan Kepribadian

8:52 PM Add Comment
Proses Pembentukan Kepribadian :
1. Aliran Konvergensi, kepribadian merupakan hasil perpaduan antara pembawaan (faktor internal) dengan pengalaman (faktor eksternal).
2. Aliran nativisme, kepribadian ditentukan oleh faktor pembawaan.
3. Aliran empirisme (tabularasa), kepribadian ditentukan oleh pengalaman dan lingkungannya
Menurut jung, Tipe kepribadian menurut fungsinya ada 4:
1. Kepribadian rasional, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh akal pikiran sehat.
2. Kepribadian intuitif, yaitu kepribadian yang dipengaruhi oleh firasat atau perasaan kira-kira.
3. Kepribadian emosional, kepribadian yang dipengaruhi oleh perasaan.
4. Kepribadian sensitif, kepribadian yang dipengaruhi oleh panca indera sehinggacepat bereaksi.

Tipe kepribadian berdasarkan reaksinya terhadap lingkungan ada 3:
1. Kepribadian ekstrovert, yaitu kepribadiaan yang terbuka, berorientasi ke luar sehingga sifatnya ramah, suka bergaul dan mudah menyesuaikan diri
2. Kepribadian introvert, yaitu kepribadian yang tertutup dan berorientasi pada diri sendiri sehingga sifatnya pendiam, tidak senang bergaul, suka menyendiri dan sukar menyesuaikan diri
3. Kepribadian ambivert, yaitu kepribadian campuran yang tidak bias digolongkan pada kedua tipe tersebut karena sifatnya bervariasi

Pengertian Kepribadian

8:50 PM Add Comment
A. KEPRIBADIAN
1. Pengertian kepribadian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kepribadian diartikan sebagai sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakannya dari oorang lain atau bangsa lain. Pendapat para ahli tentang kepribadian adalah sebagai berikut :
a. M.A. W. Brower mengatakan bahwa kepribadian merupakan corak tingkah laku social yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini dan sifat-sifat seseorang
b. Theodore R. Newcomb mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku
c. J. Milton Yinger mengatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seseorang dengan system kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi
d. John F. Cuber mengatakan bahwa kepribadian adalah gabungan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang
e. Allport mengatakan bahwa kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari system psiko-fisik yang unik (khas) dari diri individu yang turut menentukan cara-cara penyesuaian dirinya dengan lingkungan

Kepribadian atau personalitas dapat di definisikan sebagai ciri watak seorang indifidu yang konsisten memberikan kepadanya suatu identitas sebagai indifidu yang khas. Kepribadian merupakan organisasi dari factor- factor biologis, pesikologis dan sosiologis yang unsurnya adalah pengetahuan, perasaan dan dorongan naluri

Tahap Perkembangan diri manusia :
a. Tahap persiapan (preparatory stage)
b. Tahap meniru (play stage)
c. Tahap bertindak (game stage)
d. Tahap menerima norma (generalized others)
Keterangan :
George Herbert Mead menjelaskan bahwa diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksinya dengan anggota masyarfakat yang lain, mulai dari play stage, game stage, dan generalized other.
Tahap 1: Preparatory
• Dalam tahap ini individu meniru perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi belum mampu memberi makna apapun pada tindakan yang ditiru.
• Merupakan peniruan murni.
Tahap 2: Play Stage
Play Stage, atau tahap permainan, anak mulai memberi makna terhadap perilaku yang ditiru. Mulai mengenal bahasa. Mulai mendefinisikan siapa dirinya (identifikasi diri) sebagaimana definisi yang diberikan oleh significant other. Significant other merupakan orang yang secara nyata penting bagi seseorang dalam proses sosialisasi. Bagi anak-anak dalam tahap play stage, orangtua merupakan significant other. Bahkan, anak-anak tidak dapat memilih siapa significant other-nya! Ketika ada yang menyapa: “Hi, Agus”, maka anak mengerti: “Oh – aku Agus”. “Hi, Pintar”. “Oh, aku pintar”. “Bodoh banget kamu”. “Oh, aku bodoh banget”, dan setertusnya. Definisi diri pada tahap ini sebagaimana yang diberikan oleh significant other.
Tahap 3 Game Stage
• Tahap ini berbeda dari tahap permainan, karena tindakan meniru digantikan dengan tindakan yang disadari.
• Tidak hanya mengetahui peran yang dijalankannya, tetapi juga peran orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
• Bisakah Anda membedakan antara “bermain bola” dengan “pertandingan sepakbola”? Bermain bola dapat dilakukan oleh anak-anak pada yang telah mengalami sosialisasi tahap play stage, tetapi bertanding sepakbola baru dapat dilakukan oleh anak-anak yang telah mengalami sosialisasi pada tahap game stage. Mengapa demikian? Karena dalam pertandingan sepakbola ada prosedur dan tatacara yang harus ditaati. Anak-anak akan memahami tentang prosedur dan tatacara apabila telah mengalami sosialisasi pada tahap game stage.
Tahap 4: Generalized Other
Pada tahap ini individu telah mampu mengambil peran yang dijalankan oleh orang-orang dalam masyarakatnya, ia telah mampu berinteraksi dan memainkan perannya dengan berbagai macam orang dengan status, peran dan harapan yang berbeda-beda dalam masyarakatnya.

Menurut Freud ada 9 mekanisme pertahanan diri dalam diri individu, yaitu sebagai berikut :
a. Repression (represi). Pengalaman menyakitkan akan ditekan kea lam ketidaksadaran
b. Reaction formation (pembentukan reaksi). Individu bereaksi sebaliknya dari yang diinginkan agar tidak melanggar norma-norma.
c. Displacement (penempatan diri yang tidak tepat). Pihak ketiga yang menjadi sasaran karena ia tidak mampu melakukan kepada pihak kedua
d. Projection (diproyeksikan). Kesalahan sendiri dilemparkan atau dituduhkan kepada orang lain
e. Rationalization (mencari pembenaran). Mencari alasan yang masuk akal untuk menutupi kesalahan/kekurangan
f. Surpression (menekan diri). Menekan dorongan yang dianggap melanggar nilai/norma ke alam ketidaksadaran
g. Sublimation (mencari tindakan yang lebih sesuai). Dorongan atau keinginan yang dilarang oleh superego (akal sehat), tetapi tetap dilakukan dengan tindakan yang lebih sesuai dengan norma yang berlaku
h. Compensation (kompensasi). Menutupi kekurangan diri sendiri dengan cara berprestasi dalam bidang lain
i. Regression (regresi). Menutupi kelemahan atau kegagalan dengan cara kembali ke taraf yang lebih rendah. Contoh : pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti, berperilaku seperti anak kecil

Macam-macam Sosialisasi

8:47 PM Add Comment
Macam-macam Sosialisasi

1. Berdasarkan berlangsungnya: sosialisasi yang disengaja/disadari dan tidak disengaja/tidak disadari.
Sosialisasi yang disengaja/disadari: Sosialisasi yang dilakukan secara sadar/disengaja: pendidikan, pengajaran, indoktrinasi, dakwah, pemberian petunjuk, nasehat, dll.

Sosialisasi yang tidak disadari/tidak disengaja: perilaku/sikap sehari-hari yang dilihat/dicontoh oleh pihak lain, misalnya perilaku sikap seorang ayah ditiru oleh anak laki-lakinya, sikap seorang ibu ditiru oleh anak perempuannya, dst.

2. Menurut status pihak yang terlibat: sosialisasi equaliter dan otoriter.
Sosialisasi equaliter berlangsung di antara orang-orang yang kedudukan atau statusnya
relatif sama, misalnya di antara teman, sesama murid, dan lain-lain, sedangkan sosialisasi
otoriter berlangsung di antara pihak-pihak yang status/kedudukannya berbeda misalnya
berlangsung antara orangtua dengan anak, antara guru dengan murid, antara pimpinan
dengan pengikut, dan lain-lain.

3. Menurut tahapnya: sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungan
keluarga, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu
tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga
Sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan
orang lain selain keluarganya.

4. Berdasarkan caranya: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris/Pola Sosialisasi
Apabila mengacu pada cara-cara yang dipakai dalam sosialisasi , terdapat dua pola, yaitu
represif, dan partisipatoris.
Sosialisasi Represif menekankan pada:
(1) penggunaan hukuman,
(2) memakai materi dalam hukuman dan imbalan,
(3) kepatuhan anak pada orang tua,
(4) komunikasi satu arah (perintah),
(5) bersifat nonverbal,
(6) orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting, dan
(7) keluarga menjadi significant others.

Sedangkan sosialisasi partisipatoris menekankan pada
(1) individu diberi imbalan jika berkelakuan baik,
(2) hukuman dan imbalan bersifat simbolik,
(3) anak diberi kebebasan,
(4) penekanan pada interaksi,
(5) komunikasi terjadi secara lisan/verbal,
(6) anak pusat sosialisasi sehingga keperluan anak dianggap penting, dan
(7) keluarga menjadi generalized others.



Adapun tipe-tipe sosialisasi antara lain sebagai berikut ini :

a. Informal
Sosialisai yang bersifat informal merupakan sosialisasi yang terdapat di masyarakat ataupun dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan seperti antara teman, sesama anggota klub dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam
masyarakat.

b. Formal
Sosialisasi formal ialah sosialisasi yang terjadi melalui lembaga-lembaga resmi seperti, sekolah, perguruan tinggi, madrasah, kantor, dan lain-lain.

Media Sosialisasi

8:45 PM Add Comment
MEDIA SOSIALISASI

1. Keluarga
Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama dalam proses sosialisasi. Dari data penelitian sosiologi, diketahui bahwa anak-anak yang berkepribadian menyimpang umumnya dari keluarga yang tidak harmonis. Akibatnya anak-anak tersebut cenderung berperilaku/berkepribadian menyimpang.
Pertama-tama yang dikenal oleh anak-anak adalah ibunya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Kebijaksanaan orangtua yang baik dalam proses sosialisasi anak, antara lain :
1. berusaha dekat dengan anak-anaknya
2. mengawasi dan mengendalikan secara wajar agar anak tidak merasa tertekan
3. mendorong agar anak mampu membedakan benar dan salah, baik dan buruk
4. memberikan keteladanan yang baik
5. menasihati anak-anak jika melakukan kesalahan-kesalahan dan tidak menjatuhkan hukuman di luar batas kejawaran.
6. menanamkan nilai-nilai religi baik dengan mempelajari agama maupun menerapkan ibadah dalam keluarga.


2. Teman Sepermainan

Teman sepermainan/sebaya juga merupakan media sosialisasi yang cukup berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadian. Anak atau remaja biasanya lebih memihak teman daripada orang tua. Hal itu disebabkan mereka takut tidak diterima oleh kelompok temannya.Para remaja yang terpengaruh pergaulan negatif biasanya mengembangkan kepribadian yang menyimpang. Apabila kepribadian remaja sudah rusak akibat pergaulan negatif, maka untuk memperbaikinya tidaklah mudah. Dengan demikian, lingkungan pergaulan sangat berpengaruh dalam proses sosoalisasi pembentuk kepribadian. Kelompok bermain mempunyai pengaruh besar dan berperan kuat dalam pembentukan kepribadian anak. Dalam kelompok bermain anak akan belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Puncak pengaruh teman bermain adalah masa remaja. Para remaja berusaha untuk melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi kelompoknya itu berbeda dengan nilai yang berlaku pada keluarganya, sehingga timbul konflik antara anak dengan anggota keluarganya. Hal ini terjadi apabila para remaja lebih taat kepada nilai dan norma kelompoknya.


3. SEKOLAH
Lingkungan sekolah merupakan media sosialisasi sekunder yang penting dalam pembentukan kepribadian. Suasana pendidikan formal yang kurang kondusif, kepribadian dan cara guru mengajar yang kurang bijaksana, gaya mengajar guru yang membosankan, serta sarana dan prasarana belajar yang kurang memadahi, semuanya berpengaruh terhadap pembentuk kepribadian siswa. Demikian pula, penempatan siswa dalam kelompok belajar yang kurang tepat, kebiasaan belajar yang buruk, prestasi belajar yang tidak memuaskan, sikap teman belajar yang kurang baik, peraturan sekolah yang terlalu ketat, semua itu menjadi faktor penyebab timbulnya kesulitan, kecemasan, kekecewaan dan ketidakpuasdan siswa di sekolah. Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan menyenangkan. Pendidikan di sekolah merupakan wahana sosialisasi sekunder dan merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal. Robert Dreeben berpendapat bahwa yang dipelajari seorang anak di sekolah tidak hanya membaca, menulis, dan berhitung saja namun juga mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universal) dan kekhasan / spesifitas (specifity).

3. Tempat Pekerjaan
Tempat pekerjaan juga merupakan media sosialisasi yang tidak kal ah penting dalam proses pembentukan kepribadian. Suasana di tempat pekerjaan, jenis beban pekerjaan, jabatan dan gaji yang kurang kondusif, seringkali menjadi faktor penyebab timbulnya kekecewaan, ketidakpuasan, atau stres pada para pekerja. Demikian pula kepemimpinan yang kaku dan otoriter, sikap teman kerja yang tidak bersahabat, berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian. Lingkungan kerja merupakan media sosialisasi yang terakhir cukup kuat, dan efektif mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
1) Lingkungan kerja dalam panti asuhan
Orang yang bekerja di lingkungan panti asuhan lama kelamaan terbentuk kepribadian dengan tipe memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, sabar dan penuh rasa toleransi.
2) Lingkungan kerja dalam perbankan
Lingkungan ini dapat membuat seseorang menjadi sangat penuh perhitungan terutama terhadap hal-hal yang bersifat material dan uang.


4. Masyarakat Umum
Masyarakat umum merupakan media sosialisasi sekunder yang cukup domionan pengaruhnya terhadap proses pembentukan kepribadian. Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat begitu banyak dan bervariasi, sehingga seringkali membingungkan warga masyarakat.
Perubahan politik tidak jarang merugikan masyarakat. Keadaan yang serba sulit tersebut menyebabkan individu hidupnya diliputi rasa cemas, ketakutan, dan tidak aman.
Masyarakat umum merupakan media sosialisasi sekunder yang cukup dominan pengaruhnya terhadap proses pembentukan kepribadian. Nilai -nilai dan norma-norma social yang berlaku di masyarakat begitu banyak dan bervariasi seperti adat, kebiasaan, tatakrama pergaulan, norma agama, norma hokum, perundang-undangan, kebijakan pemerintah, semua itu cukup berpengaruh tehadap proses sosialisasi dalam pembentukan kepribadian masyarakat.


5. Media Massa

Media massa berperan pula sebagai media sosialisasi. Dewasa ini, pengaruh media massa begitu kuat terhadap kehidupan masyarakat. Media massa umumnya berisi informasi tentang berbagai hal, seperti ilmu pengetahuan, nilai dan norma sosial, kesenian, dan unsur budaya lainnya.

Dengan mengikuti media massa secara intensif, maka orang akan mengetahui perkembangan masyarakat dan kebudayaannya. Pengetahuan yang diperoleh dari media massa itu akan dijadikan pedoman dalam mengarahkan sikap dan perilakunya
Media massa seperti media cetak, (surat kabar, majalah, tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio, film dan video). Besarnya pengaruh media massa sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Contoh :
1. adegan-adegan yang berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan pelanggaran susila di dalam masyarakat
2. penayangan berita-berita peperangan, film-film, dengan adegan kekerasan atau sadisme diyakini telah banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menonton.
3. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
Fungsi Sosialisasi
1. Bagi individu : agar dapat hidup secara wajar dalam kelompok masyarakat sehingga tdak aneh dan di terima di masyarkat lain serta dapat berpartisipasi.
2. Bagi masyarakat : menciptakan keteraturan social melalui penmungsian sosialisasi sbagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian social

Sosialisasi Sebagai Proses Pembentukan Kepribadian

8:43 PM Add Comment
Sosialisasi Sebagai Proses Pembentukan Kepribadian

Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup kita.
Sosialisasi adalah proses mempelajari, menghayati, dan menanamkan suatu nilai, norma, peran, pola perilaku yang diperlukan individu-individu untuk dapat berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan masyarakat.
Berikut pengertian sosialisasi menurut para ahli :
1. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.
2. Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.
3. Paul B. Horton
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya.

Dalam proses sosialisasi sendiri dikenal melalui tiga tahap , yaitu :

A. Proses Internalisasi

Proses ini merupakan suatu proses panjang dan berlangsung seumur hidup, sejak manusia lahir sampai ia meninggal dunia. Di situ ia belajar membentuk kepribadian dalam perasaan, nafsu-nafsu, maupun emosi, yang diperlukan sepanjang hidupnya. Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung di dalam dirinya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat,nafsu, serta emosi dalam kepribadian individunya. Akan tetapi, wujud pengaktifan berbagai macam isi kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulus yang berada dalam alam sekitarnya dan dalam lingkungan sosial maupun budayanya. Setiap hari dalam kehidupan individu akan bertambah pengalamannya tentang bermacam-macam perasaan baru, maka belajarlah ia merasakan kebahagiaan, kegembiraan, simpati, cinta, benci,keamanan,harga diri,kebenaran, rasa bersalah, dosa, malu, dsb. Selain perasaan tersebut berkembang pula berbagai macam hasrat seperti hasrat mempertahankan hidup. Untuk menikmati keindahan semua itu dapat dipelajari melalui prosesninternalisasi yang menjadi ,ilik kepribadian individu.


B. Proses Sosialisasi
Proses ini artinya suatu proses dimana seorang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan kelakuan kelompoknya. Maka kepribadian adalah keseluruhan faktor biologis, psikologis dan sosilogis yang mendasari perilaku individu.
Proses sosialisasi terjadi melalui dua cara yaitu:
a. Conditioning.
b. Komunikasi atau interaksi.
Conditioning, adalah keadaan yang menyebabkan individu mempelajari pola kebudayaan yang fundamental seperti cara makan, bahasa, berjalan, cara duduk, pengembangan tingkah laku dan sebagainya.


C. Proses Inkulturasi

Dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pembudayaan yaitu seorang individu yang mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem nora dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaanya. Individu sejak kecil sudah mengawali proses inkulturasi dalam alam pikiran mereka sebagai warga suatu masyarakat. Mula-mula dimulai dari lingkungan keluarganya, kemudian dari teman-teman mainnya. Selain itu ia sering belajar dengan meniru berbagai macam tindakan. Namun, sebelumnya perasaan dan nilai budaya yang meberi motivasi akan tindakan meniru itu telah diinternalisasikan dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru, maka tindakannya akan menjadi suatu pola yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya itu untuk dibudidayakan. Berbagai macam norma kadang juga dipelajari seorang individu secara sebagian demiu sebagian dengan mendengarkan orang-orang di dalam lingkungan pergaulan pada saat yang berbeda-beda. Sudah tentu ada juga norma-norma yang diajarkan kepadanya dengan sengaja, tidak hanya di lingkungan keluarga dan di luar keluarga saja, tetapi juga secara formal.

Bentuk-Bentuk Proses Sosial

10:24 PM Add Comment
Menurut Gillin and Gillin, proses social ada dua bentuk, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif.

a. Proses sosial yang asosiatif
Proses sosial yang asosiatif adalah proses sosial yang berjalan positif dan menghasilkan keteraturan dan integrasi sosial. Bentuk-bentuk proses sosial asosiatif, yaitu kerjasama, akmodasi, asimilasi, dan alkulturasi sosial. Proses sosial yang asosiatif ini mendorong terbentuknya pranata, lembaga atau organisasi sosial.
1) Kerjasama sosial
Kerja sama sosial (cooperation) adalah usaha bersama antara dua individu atau dua kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Contohnya, kerjasama dalam mendirikan rumah, organisasi, perusahaan, Negara dan sebagainya. Kerjasama inilah yang mendorong terwujudnya keteraturan dan integrasi social. Dengan kerjasama, kegiatan masyarakat akan mudah dilaksanakan daripada dikerjakan sendiri-sendiri. Kesejahteraan social juga akan mudah dicapai jika diusahakan dengan prinsip kerjasama sosial.
Bentuk-bentuk kerjasama sosial, antara lain sebagai berikut :
a) Kerjasama sepontan (spontanneus cooperation), yaitu kerjasama secara tiba-tiba tanpa adanya suatu perintah atau tekanan dari pihak manapun.
b) Kerjasama langsung (directed cooperation), yaitu kerjasama yang terbentuk karena adanya perintah dari atasan.
c) Kerjasama kontrak (contractual cooperation), yaitu kerjasama atas dasar suatu kontrak atau perjanjian tertentu
d) Kerjasama tradisional (tradition cooperation), yaitu kerjasama sosial yang terbentuk karena bersifat tradisi atau adat kebiasaan. Misalnya, kerjasama dalam bentuk gotong royong, tolong menolong, atau solidaritas social.
Berdasarkan pelaksanaannya, bentuk-bentuk kerjasama social, antara lain :
a) Kerukunan, yaitu kerjasama dalam bentuk tolong-menolong, gotong-royong, dan kekeluargaan.
b) Bargaining, yaitu kerjasama berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak.
c) Kooptasi, yaitu kerjasama dalam pelaksanaan politik.
d) Koalisi, yaitu penyatuan kedua kelompok atau lebih yang memiliki tujuan sama.
e) Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengumpulan modal usaha atau kerjasama dalam mengerjakan proyek tertentu.
2) Akomodasi sosial
Akomodasi sosial (accommodation) adalah proses meredakan suatu pertentangan untuk mencapai keadaan yang stabil. Apabila dua orang atau dua kelompok saling bersitegang, maka akan terjadi proses akomodasi. Pada saat akomodasi berlangsung, kedua belah pihak berada dalam keadaan tidak berhubungan social. Masing-masing pihak mempunyai kesempatan untuk berdamai atau meningkatkan konflik. Contohnya : suami-istri pisah ranjang, atau putusnya hubungan persahabatan antara dua remaja.
Bentuk-bentuka akomodasi sosial, antara lain sebagai berikut :
a) Pemaksaan (coercion), yaitu usaha meredakan pertentangan dengan paksaan. Pemaksaan ini biasanya dilakukan oleh pihak yang kuat (mayoritas) terhadap pihak yang lemah (minoritas).
b) Kompromi (compromise), yaitu pengurangan tuntutan dari kedua pihak untuk mencapai suatu penyelesaian. Kompromi dapat tercapai karena kedua pihak tidak mau melanjutkan pertikaiannya.
c) Arbitrasi (arbritation), yaitu penyelesaian pertentangan atau konflik oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua pihak yang bertikai.
d) Mediasi (mediation), yaitu penggunaan pihak ketiga sebagai mediator yang tidak memihak dalam menyelesaikan suatu pertikaian. Pihak ketiga sebagai penasehat atau mediasi tidak turut mengambil keputusan.
e) Konsiliasi (conciliation), yaitu usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai penyelesaian masalah.
f) Toleransi (tolerance), yaitu menghadirkan diri dari perselisihan atau bersikap saling menghargai untuk meredakan pertengkaran
g) Stalemate, yaitu usaha kedua pihak untuk menghentikan sendiri pertikaian, karena masing-masing memiliki kekuatan yang seimbang.
h) Ajudikasi (adjudication), yaitu upaya penyelesaian perkara melalui pengadilan.
i) Segresi (segretion), yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan cara masing-masing pihak saling menghidari konflik agar tidak berkelanjutan.
j) Eliminasi (elimination), yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan cara salah satu pihak bersedia mengalah, meminta maaf atau mengundurkan diri dari persidangan.
k) Keputusan mayoritas (majority deciation), yaitu suatu keputusan yang diambil dengan suara terbanyak
l) Gencatan senjata (cease fire), yaitu upaya penagguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu dalam mencapai penyelesaian melalui perundingan.

3) Asimilasi sosial
Asimilasi (assimilation) adalah proses penyatuan dua pihak atau dua kelompok yang berbeda kebudayaan dan menghasilkan kelompok yang baru. Contohnya, terbentuknya kelompok masyarakat indo pada zaman colonial hindia-belanda. Contoh lain, terbentuknya agama hindu di india yang merupakan hasil perpaduan antara kepercayaan suku bangsa dravida (penduduk asli) dengan suku bangsa arya (penduduk pendatang)

4) Alkulturasi sosial
Alkulturasi (acculturation) adalah peleburan dua unsur kebudayaan yang berbeda tanpa menghilangkan cirri khas kebudayaan masing-masing. Sebagai contoh, bersatunya kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan hindu-budha, yang tampak dari bentuk bangunan candi, arca, prasasti, cerita wayang golek dan sebagainya.

b. Proses sosial yang disosiatif
Proses sosial yang disosiatif (processes of dissociation) adalah proses sosial yang mengarahkan pada perpecahan dan merengangkan rasa solidaritas kelompok. Bentuk-bentuk proses sosial dissosiatif, yaitu kompetisi, konflik, dan kontraversi sosial. Proses sosial yang disosiatif dapat mendorong terjadinya konflik sosial dan disitegrasi sosial.
1. Persingan (competition)
Persaingan atau kompetisi adalah proses sosial yang ditandai oleh persaingan untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, persaingan untuk mencapai pekerjaan atau jabatan tertentu, atau persaingan siswa di sekolah untuk mencapai peringkat pertama di kelas.
2. Konflik sosial
Konflik sosial (social conflict) adalah proses sosial yang diwarnai oleh terjadinya pertentangan karena perbedaan pandangan dan kepentingan. Misdalnya : konflik sosial antara penduduk asli dengan penduduk pendatang., konflik antara buruh dengan majikan, dan konflik antara atasan dan bawahan.
Jenis-jenis sosial antara lain sebagai berikut :
a) Konflik sosial antar individu
Konflik sosial antar individu adalah pertentangan yang terjadi antar perorangan. Misalnya: perselisihan antara adik dan kakak, suami dengan istrinya, dan pertengkaran antara dua orang teman sekolah.

b) Konflik sosial antar kelompok
Konflik sosial antar kelompok adalah pertentangan yang terjadi antara kelompok dengan kelompok. Misalnya : pertentangan antara dua kelompok siswa yang berbeda sekolah, pertentangan antara dua kelompok pemuda yang beda kampung, dan pertentangan antara dua kelompok pendukung klub sepakbola.

c) Konflik sosial antar ras
Konflik sosial antar ras adalah pertentangan yang terjadi antara dua ras yang berbeda. Misalnya : pertentangan antara ras kulit putih dengan kulit hitam di Amerika Serikat dan Afrika Selatan akibat penerapan politik rasial atau aparthied.

d) Konflik status sosial
Konflik status sosial adalah pertentangan yang terjadi karena perbedaan kedudukan sosial. Misalnya : pertentangan anara buruh dan majikan, pertentangan anatara atasan dengan bawahan, pertentangan anara kelas atas dan bawah

e) Konflik antar budaya
Konflik antar budaya adalah pertentangan yang terjadi akibat perbedaan kebudayaan. Misalnya, pertentangan antara nilai-nilai budaya barat dengan nilkai-nilai budaya Timur.

3) Kontravensi soaial
Kontravensi soaial adalah proses sosial yang ditandai oleh adanya sikap dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, tetapi tidak menimbulkan konflik sosial.
Bentuk-bentuk kontraversi sosial :
a) Kontraversi umum, seperti menghasut, menghalang-halangi, memprotes dan sebagainya
b) Kontraversi sederhana, seperti memaki-maki di telepon, mencerca atau memfitnah
c) Kontraversi intensif, seperti menyebar desas-desus atau mengecewakan orang lain.
d) Kontraversi rahasia, seperti membocorkan rahasia orang lain, berkhianat atau ingkar janji
e) Kontraversi taktis, seperti mengganggu atau menghalang-halangi pihak lain atau kelompok lain

Bentuk-Bentuk Proses Sosial

10:24 PM Add Comment
Menurut Gillin and Gillin, proses social ada dua bentuk, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif.

a. Proses sosial yang asosiatif
Proses sosial yang asosiatif adalah proses sosial yang berjalan positif dan menghasilkan keteraturan dan integrasi sosial. Bentuk-bentuk proses sosial asosiatif, yaitu kerjasama, akmodasi, asimilasi, dan alkulturasi sosial. Proses sosial yang asosiatif ini mendorong terbentuknya pranata, lembaga atau organisasi sosial.
1) Kerjasama sosial
Kerja sama sosial (cooperation) adalah usaha bersama antara dua individu atau dua kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Contohnya, kerjasama dalam mendirikan rumah, organisasi, perusahaan, Negara dan sebagainya. Kerjasama inilah yang mendorong terwujudnya keteraturan dan integrasi social. Dengan kerjasama, kegiatan masyarakat akan mudah dilaksanakan daripada dikerjakan sendiri-sendiri. Kesejahteraan social juga akan mudah dicapai jika diusahakan dengan prinsip kerjasama sosial.
Bentuk-bentuk kerjasama sosial, antara lain sebagai berikut :
a) Kerjasama sepontan (spontanneus cooperation), yaitu kerjasama secara tiba-tiba tanpa adanya suatu perintah atau tekanan dari pihak manapun.
b) Kerjasama langsung (directed cooperation), yaitu kerjasama yang terbentuk karena adanya perintah dari atasan.
c) Kerjasama kontrak (contractual cooperation), yaitu kerjasama atas dasar suatu kontrak atau perjanjian tertentu
d) Kerjasama tradisional (tradition cooperation), yaitu kerjasama sosial yang terbentuk karena bersifat tradisi atau adat kebiasaan. Misalnya, kerjasama dalam bentuk gotong royong, tolong menolong, atau solidaritas social.
Berdasarkan pelaksanaannya, bentuk-bentuk kerjasama social, antara lain :
a) Kerukunan, yaitu kerjasama dalam bentuk tolong-menolong, gotong-royong, dan kekeluargaan.
b) Bargaining, yaitu kerjasama berdasarkan suatu perjanjian atau kontrak.
c) Kooptasi, yaitu kerjasama dalam pelaksanaan politik.
d) Koalisi, yaitu penyatuan kedua kelompok atau lebih yang memiliki tujuan sama.
e) Joint venture, yaitu kerjasama dalam pengumpulan modal usaha atau kerjasama dalam mengerjakan proyek tertentu.
2) Akomodasi sosial
Akomodasi sosial (accommodation) adalah proses meredakan suatu pertentangan untuk mencapai keadaan yang stabil. Apabila dua orang atau dua kelompok saling bersitegang, maka akan terjadi proses akomodasi. Pada saat akomodasi berlangsung, kedua belah pihak berada dalam keadaan tidak berhubungan social. Masing-masing pihak mempunyai kesempatan untuk berdamai atau meningkatkan konflik. Contohnya : suami-istri pisah ranjang, atau putusnya hubungan persahabatan antara dua remaja.
Bentuk-bentuka akomodasi sosial, antara lain sebagai berikut :
a) Pemaksaan (coercion), yaitu usaha meredakan pertentangan dengan paksaan. Pemaksaan ini biasanya dilakukan oleh pihak yang kuat (mayoritas) terhadap pihak yang lemah (minoritas).
b) Kompromi (compromise), yaitu pengurangan tuntutan dari kedua pihak untuk mencapai suatu penyelesaian. Kompromi dapat tercapai karena kedua pihak tidak mau melanjutkan pertikaiannya.
c) Arbitrasi (arbritation), yaitu penyelesaian pertentangan atau konflik oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua pihak yang bertikai.
d) Mediasi (mediation), yaitu penggunaan pihak ketiga sebagai mediator yang tidak memihak dalam menyelesaikan suatu pertikaian. Pihak ketiga sebagai penasehat atau mediasi tidak turut mengambil keputusan.
e) Konsiliasi (conciliation), yaitu usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai penyelesaian masalah.
f) Toleransi (tolerance), yaitu menghadirkan diri dari perselisihan atau bersikap saling menghargai untuk meredakan pertengkaran
g) Stalemate, yaitu usaha kedua pihak untuk menghentikan sendiri pertikaian, karena masing-masing memiliki kekuatan yang seimbang.
h) Ajudikasi (adjudication), yaitu upaya penyelesaian perkara melalui pengadilan.
i) Segresi (segretion), yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan cara masing-masing pihak saling menghidari konflik agar tidak berkelanjutan.
j) Eliminasi (elimination), yaitu upaya penyelesaian sengketa dengan cara salah satu pihak bersedia mengalah, meminta maaf atau mengundurkan diri dari persidangan.
k) Keputusan mayoritas (majority deciation), yaitu suatu keputusan yang diambil dengan suara terbanyak
l) Gencatan senjata (cease fire), yaitu upaya penagguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu dalam mencapai penyelesaian melalui perundingan.

3) Asimilasi sosial
Asimilasi (assimilation) adalah proses penyatuan dua pihak atau dua kelompok yang berbeda kebudayaan dan menghasilkan kelompok yang baru. Contohnya, terbentuknya kelompok masyarakat indo pada zaman colonial hindia-belanda. Contoh lain, terbentuknya agama hindu di india yang merupakan hasil perpaduan antara kepercayaan suku bangsa dravida (penduduk asli) dengan suku bangsa arya (penduduk pendatang)

4) Alkulturasi sosial
Alkulturasi (acculturation) adalah peleburan dua unsur kebudayaan yang berbeda tanpa menghilangkan cirri khas kebudayaan masing-masing. Sebagai contoh, bersatunya kebudayaan asli Indonesia dengan kebudayaan hindu-budha, yang tampak dari bentuk bangunan candi, arca, prasasti, cerita wayang golek dan sebagainya.

b. Proses sosial yang disosiatif
Proses sosial yang disosiatif (processes of dissociation) adalah proses sosial yang mengarahkan pada perpecahan dan merengangkan rasa solidaritas kelompok. Bentuk-bentuk proses sosial dissosiatif, yaitu kompetisi, konflik, dan kontraversi sosial. Proses sosial yang disosiatif dapat mendorong terjadinya konflik sosial dan disitegrasi sosial.
1. Persingan (competition)
Persaingan atau kompetisi adalah proses sosial yang ditandai oleh persaingan untuk mencapai tujuan tertentu. Contohnya, persaingan untuk mencapai pekerjaan atau jabatan tertentu, atau persaingan siswa di sekolah untuk mencapai peringkat pertama di kelas.
2. Konflik sosial
Konflik sosial (social conflict) adalah proses sosial yang diwarnai oleh terjadinya pertentangan karena perbedaan pandangan dan kepentingan. Misdalnya : konflik sosial antara penduduk asli dengan penduduk pendatang., konflik antara buruh dengan majikan, dan konflik antara atasan dan bawahan.
Jenis-jenis sosial antara lain sebagai berikut :
a) Konflik sosial antar individu
Konflik sosial antar individu adalah pertentangan yang terjadi antar perorangan. Misalnya: perselisihan antara adik dan kakak, suami dengan istrinya, dan pertengkaran antara dua orang teman sekolah.

b) Konflik sosial antar kelompok
Konflik sosial antar kelompok adalah pertentangan yang terjadi antara kelompok dengan kelompok. Misalnya : pertentangan antara dua kelompok siswa yang berbeda sekolah, pertentangan antara dua kelompok pemuda yang beda kampung, dan pertentangan antara dua kelompok pendukung klub sepakbola.

c) Konflik sosial antar ras
Konflik sosial antar ras adalah pertentangan yang terjadi antara dua ras yang berbeda. Misalnya : pertentangan antara ras kulit putih dengan kulit hitam di Amerika Serikat dan Afrika Selatan akibat penerapan politik rasial atau aparthied.

d) Konflik status sosial
Konflik status sosial adalah pertentangan yang terjadi karena perbedaan kedudukan sosial. Misalnya : pertentangan anara buruh dan majikan, pertentangan anatara atasan dengan bawahan, pertentangan anara kelas atas dan bawah

e) Konflik antar budaya
Konflik antar budaya adalah pertentangan yang terjadi akibat perbedaan kebudayaan. Misalnya, pertentangan antara nilai-nilai budaya barat dengan nilkai-nilai budaya Timur.

3) Kontravensi soaial
Kontravensi soaial adalah proses sosial yang ditandai oleh adanya sikap dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, tetapi tidak menimbulkan konflik sosial.
Bentuk-bentuk kontraversi sosial :
a) Kontraversi umum, seperti menghasut, menghalang-halangi, memprotes dan sebagainya
b) Kontraversi sederhana, seperti memaki-maki di telepon, mencerca atau memfitnah
c) Kontraversi intensif, seperti menyebar desas-desus atau mengecewakan orang lain.
d) Kontraversi rahasia, seperti membocorkan rahasia orang lain, berkhianat atau ingkar janji
e) Kontraversi taktis, seperti mengganggu atau menghalang-halangi pihak lain atau kelompok lain

Pengertian Proses Sosial

10:22 PM Add Comment
2. Proses Sosial
Sudah dijelaskan di muka bahwa interaksi sosial mendasari proses sosial. Tanpa interaksi sosial, suatu proses sosial tidak terjadi. interaksi sosial itu dapat terlangsung anatar indivudu dengan induvidu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi social selalu mewarnai kehidupan induvidu-individu dalam masyarakat. Sedangkan Macionis (1997:49) mendefinisikan proses social sebagai proses bertindak (aksi) dan membalas tindakan (reaksi) seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

Hampir setiap manusia melakukan interaksi dan proses sosial. Dalam pelaksanaannya, interaksi sosial atau proses sosial itu dapat bersifat positif maupun negatif. Proses sosial yang berjalan positif akan menghasilkan kerjasama dan integrasi sosial. Sebaliknya, proses sosial yang negatif akan menghasilkan konflik dan disintegrasi sosial.

Pengertian Proses Sosial

10:22 PM Add Comment
2. Proses Sosial
Sudah dijelaskan di muka bahwa interaksi sosial mendasari proses sosial. Tanpa interaksi sosial, suatu proses sosial tidak terjadi. interaksi sosial itu dapat terlangsung anatar indivudu dengan induvidu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi social selalu mewarnai kehidupan induvidu-individu dalam masyarakat. Sedangkan Macionis (1997:49) mendefinisikan proses social sebagai proses bertindak (aksi) dan membalas tindakan (reaksi) seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

Hampir setiap manusia melakukan interaksi dan proses sosial. Dalam pelaksanaannya, interaksi sosial atau proses sosial itu dapat bersifat positif maupun negatif. Proses sosial yang berjalan positif akan menghasilkan kerjasama dan integrasi sosial. Sebaliknya, proses sosial yang negatif akan menghasilkan konflik dan disintegrasi sosial.

Pengertian Proses Sosial

10:22 PM Add Comment
2. Proses Sosial
Sudah dijelaskan di muka bahwa interaksi sosial mendasari proses sosial. Tanpa interaksi sosial, suatu proses sosial tidak terjadi. interaksi sosial itu dapat terlangsung anatar indivudu dengan induvidu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Interaksi social selalu mewarnai kehidupan induvidu-individu dalam masyarakat. Sedangkan Macionis (1997:49) mendefinisikan proses social sebagai proses bertindak (aksi) dan membalas tindakan (reaksi) seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

Hampir setiap manusia melakukan interaksi dan proses sosial. Dalam pelaksanaannya, interaksi sosial atau proses sosial itu dapat bersifat positif maupun negatif. Proses sosial yang berjalan positif akan menghasilkan kerjasama dan integrasi sosial. Sebaliknya, proses sosial yang negatif akan menghasilkan konflik dan disintegrasi sosial.

Syarat Interaksi Sosial

10:21 PM Add Comment
Syarat interaksi sosial
Menurut soerjono soekamto, interaksi sosial berlangsung apabila memenuhi 2 syarat berikut ini.
a. Terjadi kontak sosial
Kontak sosial adalah peristiwa terjadinya pertemuan atau saling berhubungan anara dua orang atau dua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dua orang yang terlibat percakapan langsung secara bertatap muka merupakan contoh terjadinya kontak sosial secara langsung. Apabila proses interaksi sosial itu berlangsung melalui telepon atau surat, maka terjadi kontak sosial secara tidak langsung. Dengan demikian, suatu proses interaksi sosial tidak selalu harus terjadi kontak fisik, tetapi dapat pula tanpa kontak fisik, tetapai menggunakan media komunikasi.
Macam kontak social:
a. Menurut cara yang dilakukan
1. Kontak langsung
Merupakan kontak yang terjadi dimana pihak komunikator menyampaikan pesan secara langsung kepada komunikan melalui tatap muka maupun melalui media komunikasi.
2. Kontak tidak langsung
Merupakan kontak social dimana pihak komunikator ,enyampaikan pesannya kepada komunikan melalui perantara atau media tertentu.

b. Menurut proses terjadinya
1. Kontak primer
Merupakan kontak social yang terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang berhubungan secara langsung melalui tatap muka.

2. Kontak sekunder
Merupakan kontak social yang terjadi melalui pihak ketiga atau media komunikasi.

c. Menurut sifat
1. Kontak positif
Merupakan suatu bentuk kontak social yang mengarah pada suatu kerja sama.
2. Kontak negative
Merupakan kontak social yang pengarah pada suatu pertentangan bahkan berakibat memutuskan interaksi.
d. Menurut bentuknya
1.Kontak social antara individu dengan individu
2. Kontak social antara kelompok dengan kelompok
3. Kontak social antara individu dengan kelompok

b. Terjadi komunikasi sosial
Komunikasi sosial adalah proses saling berhubungan antara dua orang/ pihak atau lebih dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan media atau alat tertentu. Dua orang terlibat dalam percakapan lisan, dua kelompok siswa terlibat diskusi di kelas, dua orang remaja yang sedangt bertelepon merupakan contoh komunikasi sosial.
Dalam proses komunikasi sosial itu terdapat unsur-unsur berikut
- Ada dua pihak yang terlibat dalam komunikasi
- Ada media atau alat yang digunakan dalam berkomunikasi
- Ada pesan atau persoalan yang dibahas bersama dalam komunikasi
- Ada respon atau reaksi dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
Ada tiga tahapan dalam komunikasi :
1. Enconding
Pada tahap ini gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini komunikator harus memilih kata atau istilah, kalimat dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
2. Penyampaian
Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan dapat berupa tulisan atau gabungan dari keduanya.
3. Deconding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki
Komunikasi sosial yang dilakukan oleh dua pihak itulah yang memungkinkan terjadinya proses interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Tanpa komunikasi social, tidak mungkin suatu interaksi sosial dapat berlangsung. Bahasa merupakan media atau alat komunikasi yang paling efektif dalam proses interaksi sosial. Dua orang yang berebda bahasa tentu saja akan mengalami kesulitan dalam interaksi sosial. Orang di Indonesia yang sedang berkunjung ke Negara-negara eropa, jika tidak mampu berbahasa inggris, akan mengalami kesukaran dalam menjalin komunikasi sosial.
Dengan demikian, kehidupan masyarakat diwarnai oleh komunikasi sosial dan interaksi sosial. Di rumah, seorang anak berinteraksi sosial dengan orang tuanya. Di sekolah, berinteraksi dengan teman dan guru-gurunya. Di masyarakat, ia berinteraksi dengan teman-teman sebaya. Proses interaksi sosial yang berjalan efektif akan menciptakan keteraturan dan dinamika sosial.

Syarat Interaksi Sosial

10:20 PM Add Comment
Syarat interaksi sosial
Menurut soerjono soekamto, interaksi sosial berlangsung apabila memenuhi 2 syarat berikut ini.
a. Terjadi kontak sosial
Kontak sosial adalah peristiwa terjadinya pertemuan atau saling berhubungan anara dua orang atau dua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dua orang yang terlibat percakapan langsung secara bertatap muka merupakan contoh terjadinya kontak sosial secara langsung. Apabila proses interaksi sosial itu berlangsung melalui telepon atau surat, maka terjadi kontak sosial secara tidak langsung. Dengan demikian, suatu proses interaksi sosial tidak selalu harus terjadi kontak fisik, tetapi dapat pula tanpa kontak fisik, tetapai menggunakan media komunikasi.
Macam kontak social:
a. Menurut cara yang dilakukan
1. Kontak langsung
Merupakan kontak yang terjadi dimana pihak komunikator menyampaikan pesan secara langsung kepada komunikan melalui tatap muka maupun melalui media komunikasi.
2. Kontak tidak langsung
Merupakan kontak social dimana pihak komunikator ,enyampaikan pesannya kepada komunikan melalui perantara atau media tertentu.

b. Menurut proses terjadinya
1. Kontak primer
Merupakan kontak social yang terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang berhubungan secara langsung melalui tatap muka.

2. Kontak sekunder
Merupakan kontak social yang terjadi melalui pihak ketiga atau media komunikasi.

c. Menurut sifat
1. Kontak positif
Merupakan suatu bentuk kontak social yang mengarah pada suatu kerja sama.
2. Kontak negative
Merupakan kontak social yang pengarah pada suatu pertentangan bahkan berakibat memutuskan interaksi.
d. Menurut bentuknya
1.Kontak social antara individu dengan individu
2. Kontak social antara kelompok dengan kelompok
3. Kontak social antara individu dengan kelompok

b. Terjadi komunikasi sosial
Komunikasi sosial adalah proses saling berhubungan antara dua orang/ pihak atau lebih dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan media atau alat tertentu. Dua orang terlibat dalam percakapan lisan, dua kelompok siswa terlibat diskusi di kelas, dua orang remaja yang sedangt bertelepon merupakan contoh komunikasi sosial.
Dalam proses komunikasi sosial itu terdapat unsur-unsur berikut
- Ada dua pihak yang terlibat dalam komunikasi
- Ada media atau alat yang digunakan dalam berkomunikasi
- Ada pesan atau persoalan yang dibahas bersama dalam komunikasi
- Ada respon atau reaksi dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
Ada tiga tahapan dalam komunikasi :
1. Enconding
Pada tahap ini gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini komunikator harus memilih kata atau istilah, kalimat dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
2. Penyampaian
Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan dapat berupa tulisan atau gabungan dari keduanya.
3. Deconding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki
Komunikasi sosial yang dilakukan oleh dua pihak itulah yang memungkinkan terjadinya proses interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Tanpa komunikasi social, tidak mungkin suatu interaksi sosial dapat berlangsung. Bahasa merupakan media atau alat komunikasi yang paling efektif dalam proses interaksi sosial. Dua orang yang berebda bahasa tentu saja akan mengalami kesulitan dalam interaksi sosial. Orang di Indonesia yang sedang berkunjung ke Negara-negara eropa, jika tidak mampu berbahasa inggris, akan mengalami kesukaran dalam menjalin komunikasi sosial.
Dengan demikian, kehidupan masyarakat diwarnai oleh komunikasi sosial dan interaksi sosial. Di rumah, seorang anak berinteraksi sosial dengan orang tuanya. Di sekolah, berinteraksi dengan teman dan guru-gurunya. Di masyarakat, ia berinteraksi dengan teman-teman sebaya. Proses interaksi sosial yang berjalan efektif akan menciptakan keteraturan dan dinamika sosial.

Syarat Interaksi Sosial

10:20 PM Add Comment
Syarat interaksi sosial
Menurut soerjono soekamto, interaksi sosial berlangsung apabila memenuhi 2 syarat berikut ini.
a. Terjadi kontak sosial
Kontak sosial adalah peristiwa terjadinya pertemuan atau saling berhubungan anara dua orang atau dua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dua orang yang terlibat percakapan langsung secara bertatap muka merupakan contoh terjadinya kontak sosial secara langsung. Apabila proses interaksi sosial itu berlangsung melalui telepon atau surat, maka terjadi kontak sosial secara tidak langsung. Dengan demikian, suatu proses interaksi sosial tidak selalu harus terjadi kontak fisik, tetapi dapat pula tanpa kontak fisik, tetapai menggunakan media komunikasi.
Macam kontak social:
a. Menurut cara yang dilakukan
1. Kontak langsung
Merupakan kontak yang terjadi dimana pihak komunikator menyampaikan pesan secara langsung kepada komunikan melalui tatap muka maupun melalui media komunikasi.
2. Kontak tidak langsung
Merupakan kontak social dimana pihak komunikator ,enyampaikan pesannya kepada komunikan melalui perantara atau media tertentu.

b. Menurut proses terjadinya
1. Kontak primer
Merupakan kontak social yang terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang berhubungan secara langsung melalui tatap muka.

2. Kontak sekunder
Merupakan kontak social yang terjadi melalui pihak ketiga atau media komunikasi.

c. Menurut sifat
1. Kontak positif
Merupakan suatu bentuk kontak social yang mengarah pada suatu kerja sama.
2. Kontak negative
Merupakan kontak social yang pengarah pada suatu pertentangan bahkan berakibat memutuskan interaksi.
d. Menurut bentuknya
1.Kontak social antara individu dengan individu
2. Kontak social antara kelompok dengan kelompok
3. Kontak social antara individu dengan kelompok

b. Terjadi komunikasi sosial
Komunikasi sosial adalah proses saling berhubungan antara dua orang/ pihak atau lebih dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan media atau alat tertentu. Dua orang terlibat dalam percakapan lisan, dua kelompok siswa terlibat diskusi di kelas, dua orang remaja yang sedangt bertelepon merupakan contoh komunikasi sosial.
Dalam proses komunikasi sosial itu terdapat unsur-unsur berikut
- Ada dua pihak yang terlibat dalam komunikasi
- Ada media atau alat yang digunakan dalam berkomunikasi
- Ada pesan atau persoalan yang dibahas bersama dalam komunikasi
- Ada respon atau reaksi dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi
Ada tiga tahapan dalam komunikasi :
1. Enconding
Pada tahap ini gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini komunikator harus memilih kata atau istilah, kalimat dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan.
2. Penyampaian
Pada tahap ini istilah atau gagasan yang telah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan dapat berupa tulisan atau gabungan dari keduanya.
3. Deconding
Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki
Komunikasi sosial yang dilakukan oleh dua pihak itulah yang memungkinkan terjadinya proses interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Tanpa komunikasi social, tidak mungkin suatu interaksi sosial dapat berlangsung. Bahasa merupakan media atau alat komunikasi yang paling efektif dalam proses interaksi sosial. Dua orang yang berebda bahasa tentu saja akan mengalami kesulitan dalam interaksi sosial. Orang di Indonesia yang sedang berkunjung ke Negara-negara eropa, jika tidak mampu berbahasa inggris, akan mengalami kesukaran dalam menjalin komunikasi sosial.
Dengan demikian, kehidupan masyarakat diwarnai oleh komunikasi sosial dan interaksi sosial. Di rumah, seorang anak berinteraksi sosial dengan orang tuanya. Di sekolah, berinteraksi dengan teman dan guru-gurunya. Di masyarakat, ia berinteraksi dengan teman-teman sebaya. Proses interaksi sosial yang berjalan efektif akan menciptakan keteraturan dan dinamika sosial.

Ciri-ciri Interaksi Sosial

10:18 PM Add Comment
Menurut Charles P. Loomis sebuah hubungan bisa disebut interaksi jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Jumlah pelakunya dua orang atau lebih
2. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang-lambang
3. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai

Pengertian Interaksi Sosial

11:26 PM 1 Comment
Pengertian Interaksi Sosial

Secara etimologis interaksi sosial berasal dari kata inter (antar/berbalas-balasan) dan aksi (tindakan). Sedang kata sosial berarti lebh dari satu orang (ditujukan untuk orang lain). Sehingga interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan sosial yang dinamis antar individu, individu dengan kelompok dan antar kelompok.
Interaksi sosial adalah peristiwa paling berhubungan antara dua pihak atau lebih, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik verbal maupun nonverbal. Menurut soerjono soekanto dalam bukunya, Sosiologi Suatu Pengantar 1990 : 67), Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan interindividu, antar kelompok, atau antara individu dengan kelompok.



Sedangkan Kimbal Young dan Raymond W. Mack menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antara individu dengan kelompok maupun antar kelompok (Alam S dan Henry Hidayat, 2008:3)
Loading...